Kamis, 12 November 2009

KONSEP DASAR BERPIKIR KRITIS

Oleh Nurul Hayati, S,Kep, Ners


Tujuan Pembelajaran , mahasiswa mampu :

1. Menjelaskan pengertian berpikir dan berpikir kritis.

2. Menyebutkan teknik berpikir

3. Menjelaskan proses berpikir

4. Menjelaskan hubungan proses berpikir dengan belajar

5. Mengidentifikasi aspek perilaku berpikir kritis

6. Mengidentifikasi aktivitas kognitif

7. Menjelaskan model berfikir kritis

8. Menjelaskan komponen berpikir kritis

  1. Pengertian berpikir dan berpikir kritis.

Berpikir adalah aktifitas yang sifatnya mencari ide atau gagasan dengan menggunakan berbagai ringkasan yang masuk akal. Berfikir diartikan pula menimbang-nimbang dalam ingatan.Berfikir menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu. Berfikir dilakukan untuk memahami realitas dalam rangka mengambil keputusan, memecahkan masalah dan menghasilkan sesuatu yang baru dan dapat menghasilkan suatu kreatifitas. Menurut Tri Rusmi (1996) berfikir adalah suatu proses sensasi,persepsi dan memori/ingatan, berfikir menggunakan lambing (visual/gambar) srta adanya suatu penarikan kesimpulan yang disertai proses pemecahan masalah.

  1. Teknik berpikir.

Berpikir mempunyai berbagai macam teknik yaitu : berpikir autistik, realistic, kreatif dan berpikir evaluatif.

Berpikir autistic.

Berpikir autistic identik dengan melamun / berkhayal. Semua orang pernah terlibat dengan cara ini namun harus bias kita kendalikan.

Berpikir realistic

Berfikir realistic dilakukan oleh seseorang saat menyesuaikan diri dengan situasi yang nyata. Pada berpikir realistic, seseorang melihat situasi yang ada, kemudian langsung menarik suatu kesimpulan, selanjutnya direalisasikan pada pengalaman nyata, hal ini disebut berpikir realistic induktif, contoh bila kita naik kendaraan kemudian terjebak kemacetan maka kita akan memikirkan apa ada jalan alternative supaya perjalanan kita lancer dan segera sampai ditempat tujuan.Selanjutnya jika seseorang berpikir dengan melihat mengalaman sehari-hari, kemudian menarik kesimpulan dari situasi yang ada, disebut berpikir realistic deduktif, misalnya seorang anak sudah belajar matematika tetapi nilainya kurang baik akan mendorongnya untuk lebih giat belajar.

Berpikir kreatif

Berfikir kreatif dilakukan untuk menemukan sesuatu yang baru. Berfikir kreatif memerlukan stiulus atau rangsangan dari lingkungan yang dapat memicu seseorang berkreatifitas.Seseorang baru dikatakan berfikir kreatif jika ada perubahan atau menciptakan sesuatu yang baru. Berpikir kreatif dilakukan berdasarkan manfaat dan tujuan yang pasti, menyelesaikan dengan baik suatu masalah, dan menghasilkan ide yang baru atau menata kembali ide lama dalam bentuk baru.

Nurul Hayati / kdk / 1

Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang berpikir kreatif adalah :

1) Kemampuan kognitif,yaitu kemampuan untuk mencerna, memahami, menguraikan, menerapkan, mensintesis dan mengevaluasi.

2) Sikap yang terbuka ( menerima kritik dan mengakui kelemahan)

3) Otonomi artunya tidak ketergantungan pada orang lain, berani mengambil keputusan.

4) Percaya pada diri sendiri ( mempuyai keyakinan untuk bias dan berguna/selau optimis )

Berpikir evaluatif

Ia mempelajari dan menilai baik buruknya suatu keadaan, tepat tidaknya suatu gagasan, serta perlu tidaknya suatu perubahan

  1. Proses berpikir.

Proses berpikir merupakan suatu jalan pikiran / logika. Langkah-langkah proses berpikir terdiri dari :

Pembentukan pengertian / konsep.

Seseorang mempelajari keadaan yang ada kemudian diterjemahkan sesuai dengan pengalamannya ataupun teori-teori yang dia ketahui sebelumnya.

Pembentukan pendapat.

Seseorang membentuk pendapatnya sesuai dengan pengertian yang ia buat dari keadaan atau situasi yang ada

Penarikan kesimpulan.

Proses berpikir diakhiri dengan adanya suatu kesimpulan berdasarkan pembentukan pendapat pada tahap sebelumnya.

  1. Berpikir dan proses belajar.

Belajar adalah suatu proses ketika individu berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman, latihan ataupun proses pembiasaan.Proses yang terjadi relatif mantap dan menetap dari segi kognitif, afektif dan psikomotorik. Ada 3 tujuan pembelajaran menurut toksonomi Bloom (1952) :

Domain kognitif, berkaitan dengan pengetahuan untuk mengingat kembali (recall) atau mengenali (recognition) dan pengembangan ketrampilan serta kemampuan intelektual. Ada 6 jenjang perilaku kognitif yaitu : tahu (know),pemahaman (comprehension), analisis (analysis), sntesis (synthesis), evaluasi(evaluation).

Domain afektif, meliputi pengembangan/ perubahan dalam hal tingkah laku/sikap , minat nilai dan apresiasinya,

Domain psikomotorik, berhubungan dengan aktivitas otot atau ketrampilan gerak tubuh

Ada 3 tahapan dalam proses belajar (Piaget) yaitu :

1). Asimilasi (proses penyatuan, pengintegrasian), contoh prinsip menyuntik intravena yang dipelajari sebelumnya membantu mahasiswa mempelajari tentang prinsip menyuntik intramuskuler.

2). Akomodasi (pemakaian/aplikasi dalam situasi yang baru dan spesifik) contoh, mahasiswa harus praktik menyuntik intramuskuler pada panthoom terlebih dahulu sebelum ke klien.

3) Ekuilibrasi (penyeimbangan/penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi) Hal ini bertujuan agar perkembangan kognitifnya dalam menata berbagai informasi berjalan secara teratur, jernih dan logis. Disamping terus mengembangkan dan menambah ilmu, sekaligus menjaga stabilitas mental dalam dirinya, jangan sampai patah semangat/depresi.

Nurul Hayati / kdk / 2

Tabel 1.1 perbedaan proses belajar aktif dan pasif

Belajar Aktif

Belajar Pasif

Belajar apa saja dari setiap situasi

Menggunakan apa yang ada, pelajari

Untuk keuntungan anda

Mengupayakan agar segalanya terlaksana

Bersandar pada kehidupan

Tidak dapat melihat adanya potensi

Mengabaikan kesempatan untuk berkembang dari suatu pengalaman belajar

Membiarkan segalanya terjadi

Menarik diri dari kehidupan

Berpikir dan belajar saling mempengaruhi, hal ini ditunjukkan oleh :

(1) Berpikir merupakan salah satu penentu keberhasilan belajar karena dalm berpikir terjadi proses mengingat, mengolah dan menyimpan informasi.

(2) Berpikir mempunyai hubungan yang erat dengan bahasa. Perkembangan bahasa akan membantu seseorang untuk dapat mengorganisasikan persepsi, mengarahkan berpikir, mengontrol tindakan, membantu ingatan atau memori, dan mengubah / memodifikasi emosi. Oleh karena itu, penguasaan bahasa merupakan syarat pokok untuk dapat berpikir secara baik.

(3) Dalam membantu perkembangan berpikir seseorang hendaknya bukan hanya dengan memberi pengertian sebanyak-banyaknya, tetapi memberi kata kunci atau membuat peta pikiran (brain mapping). Dengan menulis fakta, tanggal, membuat symbol-simbol, gambar, diagram, peta, ikhtiar, alat peraga serta isyarat lain untuk membantu berpikir / mengingat informasi. Simbol-simbol akan memicu gagasan, mengingatkan komentar-komentar pendidik, dan membantu mengingatkan kembali tentang pembelajaran yang disampaikan. Bentuk peta pikiran dapat dilihat sebagaimana contoh terlampir.

5.Aspek perilaku berpikir kritis

5.1 Pengertian.

Berpikir kritis adalah pengujian secara rasional terhadap ide-ide, kesimpulan, pendapat,prinsip,pemikiran,masalah kepercayaaan dan tindakan (Bandman,1998). Berpikir kritis juga sebagai sebagai suatu teknik berpikir yang melatih kemampuan dalam mengevaluasi atau melakukan penilaian secara cermat tentang tepat tidaknya ataupun layak tidaknya suatu gagasan. Berpikir kritis merupakan suatu proses berpikir (kognitif) yang mencakup penilaian dan analisis secara rasiobal tentang semua informasi, masukan, pendapat, dan ide yang ada kemudian merumuskan kesimpulan dan mengambil suatu keputusan.

Dari pengertian tersebut dikatakan bahwa untuk dapat menghasilkan suatu hasil pikir kritis, seseorang harus melakukan suatu kegiatan (proses) berpikir yang mempunyai tujuan.

Nurul Hayati / kdk / 3

5.2 Indikator berpikir kritis.

Wade (1995) mengidentifikasi delapan karakteristik berpikir kritis, yaitu :

(1) Kegiatan merumuskan pertanyaan

(2) Membatasi permasalahan

(3) Menguji data – data

(4) Menganalisis berbagai pendapat dan bias

(5) Menghindari pertimbangan yang sangat emosional

(6) Menghindari penyederhanaan yang berlebihan

(7) Mempertimbangkan berbagai interpretasi, dan

(8) Mentoleransi ambiguitas

5.3 Aspek perilaku berpikir kritis

Perilaku berpikir kritis seseorang, dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu :

(1) Relevance, relevansi (keterkaitan) dari pernyataan yang dikemukakan’

(2) Importance, penting tidaknya isu atau pokok-pokok pikiran yang dikemukakan

(3) Novelty, kebaruan dari isi pikiran (membawa ide baru maupun menerima ide-ide baru)

(4) Outside material, menggunakan pengalamannya sendiri.

(5) Ambiguity clarified, mencari penjelasan atau informasi lebih lanjut, jika merasa ada ketidakjelasan.

(6) Liking ideas, senantiasa menghubungkan fakta, ide atau pandangan serta mencari data baru dari informasi yang dikumpulkan.

(7) Justification, memberi bukti-bukti,contoh atau justifikasi terhadap suatu solusi atau kesimpulan yang diambilnya.

(8) Critical assessment, melakukan evaluasi terhadap setiap kontribusi /masukan yang dating dari dalam dirinya maupun dari orang lain.

(9) Praktical utility, ide-ide baru yang dikemukakan selalu dilihat pula dari sudut kepraktisan / kegunaannya dalam penerapan.

(10) Width of understanding, diskusi yang dilaksanakan senantiasa bersifat meluaskan isi atau materi diskusi

Secara garis besar , perilaku berpikir kritis dapat dibedakan dalam beberapa kegiatan, yaitu :

(1) Berpusat pada pertanyaan (focus on question)

(2) Analisis argument

(3) Bertanya dan menjawab pertanyaan untuk klarifikasi

(4) Evaluasi kebenaran dari sumber informasi

6. Aktivitas kognitif dalam berpikir kritis.

Seseorang yang sudah mempunyai kemampuan berpikir kritis , ia akan melakukan beberapa aktivitas kognitif berikut ini :

6.1 Mengajukan pertanyaan untuk menentukan alas an dan penyebab terjadinya sesuatu dan menentukan apakah diperlukan informasi lain.

6.2 Mengumpulkan sebanyak mungkin informasi yang relevan untuk mempertimbangkan semua factor yang terkait.

6.3 Memvalidasi informasi yang tersedia untuk memastikan bahwa informasi tersebut akurat, bukan hanya sekedar pendapat atau dugaan tetapi berdasarkan ffakta dan bukti.

6.4 Menganalisis informasi tersebut untuk menentukan makna dan apakah informasi tersebut membentuk suatu rangkaian sebagai bahan untuk membuat kesimpulan.

6.5 Menggunakan pengalaman dan pengetahuan yang lalu untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi dan untuk mengantisipasi apa yang akan terjadi selanjutnya.

6.6 Mempertahankan suatu sikap fleksibel (luwes) terhadap fakta atau data yang menuntun berfikir dan mempertimbangkan semua kemungkinan.

Nurul hayati / kdk / 4

6.7 Mempertimbangkan pilihan yang tersedia dan menilai keuntungan maupun kerugian masing-masing pilihan.

6.8 Merumuskan suatu keputusan yang mencerminkan pengambilan keputusan yang kreatif dan mandiri.

7. Model berpikir kritis.

Kataoka – Yahiro dan Saylor (1994) telah mengembangkan sebuah model berpikir kritis bagi penilaian keperawatan. Model ini mendifinisikan hasil dari berpikir kritis sebagai penilaian keperawatan yang relevan atau sesuai dengan masalah-masalah keperawatan dalam konsisi yang bervariasi. Model ini dirancang untuk penilaian keperawatan ditingkat pelayanan, pengelola, dan pendidikan.


Tingkat.3

komitmen

Tingkatan berpikir kritis

Tingkat 2 , kompleks


Tingkat 1, Dasar


Pengetahuan dasar yang spesifik komponen

Pengalaman berpikir kritis

Kompetensi

Sikap

Standar

Gambar. Model berpikir kritis (Kataoka-Yahiro dan Saylor, 1994)

Tinkatan bepikir Kritis :

  1. Tingkat dasar

Pada tingkat ini seseorang mempunyai wewenang untuk menjawab semua masalah dengan benar .Pemikiran ini harus berdasarkan pada kenyataan yang terjadi dengan berpegang pada berbagai aturan atau prinsip yang berlaku. Ini adalah langkah awal dalam kemampuan perkembangan memberi alas an..Ketika perawat sebagai orang baru yang belum berpengalaman dipelayanan, berpikr kritisnys dalam melakukan asuhan keperawatan sabagt terbatas. Oleh karena itu, ia harus mau belajar dari perawat lain dan menerima berbagaipendapat dari orang lain.

  1. Tingkat kompleks

Seseorang akan lebih mengakui banyaknya perbedaan pandangan dan persepsi.Pengalaman dapat membantu seseorang menambah kemampuannya untuk melepaskan ego/kekuasaannya untuk menerima pendapat orang lain. Kemudian menganalisis dan menguji alternative secara mandiri dan sistematis.Untuk melihat bagaimana tindakan keperawatan mempunyai keuntungan bagi klien, perawat dapat mulai mencoba berbagai alternative yang ada untuk mencapainya. Hal ini membutuhkan lebih dari satu pemecahan masalah untuk setiap masalah yang ditemukan.Disi perawat belajar berbagai pendekatan yang berbeda-beda untuk jenis penyakit yang sama.

Nurul hayati / kdk / 5

  1. Tingkat komitmen

Pada tingkat ini perawat sudah memilih tindakan apa yang akan dilakukan berdasarkan hasil identifikasi dari berbagai alternative pada tingkat kompleks. Perawat dapat mengantisipasi kebutuhan klien untuk membuat pilihan-pilihan kritis sesudah menganalisis berbagai manfaat dari alternative yang ada. Kematangan seorang perawat akan tampak dalam memberikan pelayanan dengan baik, lebih inovatif dan lebih tepat guna bagi perawatan klien.

8. Komponen berpikir kritis.

Komponen berpikir kritis meliputi, pengetahuan dasar yang spesifik, pengalaman, dan kompetensi.

8.1 Komponen dasar spesifik.

Komponen pertama berpikir kritis adalah pengetahuan dasar perawat yang spesifik dalam keperawatan. Pengetahuan dasar ini meliputi teori dan informasi dari ilmu-ilmu pengetahuan, kemanusiaan, dan ilmu-ilmu keperawatan dasar. Semakin banyak pengetahuan yang dimiliki, semakin banyak pilihan ketika menghadapi situasi yang menantang. Semakin banyak pilihan dengan mengumpulkan informasi akan mempunyai kemampuan membuat keputusan yang benar dan penuh keyakinan sehingga menciptakan kekuatan pada diri sendiri.

8.2 Pengalaman.

Pengalaman perawat dalam praktik klinik akan mempercepat proses berpikr kritis karena ia akan berhubungan dengan kliennya, melakukan wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan membuat keputusan untuk melakukan perawatan terhadap masalah kesehatan klien.

Pengalaman dilahan praktik merupakan laboratorium nyata bagi penerapan ilmu keperawatan. Perawat akan menerapkan teori yang sudah dipelajari dan tetap memperhatikan kenyataan yang ada dengan mengadakan penyesuaian, mengakomudasi respon klien dan memperhatikan pengalaman yang terjadi.

Pengalaman adalah hasil interaksi antara individu melalui alat indranya dan stimulus yang berasal dari berbagai sumber belajar.menurut Rowntree pada proses belajar ada lima jenis stimulus / rangsangan yang berasal dari sumber belajar :

1) Interaksi manusia ( verbal dan non verbal)

2) Realita (benda nyata, orang, peristiwa nyata,binatang) pengalaman langsung ketika mahasiswa mengamati langsung merupakan sumber dan dasar bagi perkembangan dan pembentukan sikap dan konsep.

3) Pictorial representation adalh jenis rangsangan gambar yang mewakili suatu objek dan peristiwa nyata. Contoh : foto, film, gambar, slide

4) Written symbol, adalah lambing tertulis yang dapat disajikan dalam berbagai macam media.contoh : buku, bahan ajar dll.

5) Recorded sound adalah rangsangan dengan suara rekaman yang membantu mengontrol realitas . contoh : rekaman suara detak jantung, bunyi nafas dll.

Bagaimanakah sikap perawat dalam berpikir kritis? Dibawah ini akan dijelaskan sikap perawat dalam berpikir kritis.

(1) Berpikir mandiri ( thinking independently)

(2) Rendah hati (humility)

(3) Berani (courage) termasuk berani ambil resiko merawat pasien yang mempunyai penyakit menular, seperti klien AIDS, flu burung dll.

(4) Keutuhan (integrity)

(5) Ketekunan ( perseverance)

(6) Empati

(7) Tanpa prasangka / wajar

(8) Eksplorasi pikiran dan perasaan

Nurul Hayati / kdk / 6

DAFTAR PUSTAKA

Arif Achmad(2007) , Memahami Berpikir Kritis, AGP PGRI Bandung.

Bassham G. Irwin W (2005) , critical thingking : A. Student Introduction

Elly Nurachmah (2007) Jurnal Keperawatan Dan Penelitian `Leadership Dalam Keperawatan, FKUI Jakarta.

http : // agustinussetiono.word.press.com/2007/09/25/berpikir kritis

R.Siti Maryam,dkk ( 2008), Buku Ajar Berpikir Kritis Dalam Proses Keperawatan, Penerbit EGC, Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar